Edit Content

Sekilas Mengenai Kami

Halocare berkomitmen turut serta dalam menyediakan pelayanan kesehatan yang terbaik dari segi kualitas, manajemen hingga sumber daya manusia.

Alamat Kami

Perbedaan Vaksin Sinovac Astrazeneca Pfizer Moderna

Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) mengeluarkan izin penggunaan darurat atau emergency use authorization (EUA) untuk dua jenis vaksin Covid-19 di Indonesia. Dengan adanya tambahan dua jenis vaksin tersebut, dengan demikian ada 9 jenis vaksin Covid-19 yang digunakan di Indonesia.  Ke-enam vaksin yang lebih dulu digunakan di Indonesia itu yakni Sinovac, AstraZeneca, Sinopharm, Moderna, Pfizer, dan Novavax.

vaksin covid 19

Vaksin yang disediakan itu merupakan vaksin yang sudah dipastikan keamanan dan efektivitas. Platform yang digunakan berbeda-beda, yakni inactivated virus, berbasis RNA, viral-vector, dan sub-unit protein. Beragam upaya pengadaan vaksin ini dilakukan melalui perjanjian bilateral dan perjanjian multilateral seperti COVAX Facility bersama GAVI dan WHO, ataupun donasi yang diberikan oleh negara-negara sahabat.

Jenis – Jenis Vaksin Yang Ada di Indonesia

1. Vaksin Sinovac

Platform: Virus dimatikan

Jumlah dosis: 2 x (0,5 ml/dosis)

Jeda pemberian dosis: 28 hari

2. Vaksin AstraZeneca

Platform: Viral vektor

Jumlah dosis: 2 x (0,5 ml/dosis)

Jeda pemberian dosis: 12 minggu

3. Vaksin Moderna

Platform: mRNA

Jumlah dosis: 2 x (0,5 ml/dosis)

Jeda pemberian dosis: 28 hari

4. Vaksin Pfizer

Platform: RNA-based

Jumlah dosis: 2 x (0,3 ml/dosis)

Jeda pemberian dosis: 21-28 hari

Perbedaan Antara Vaksin Corona Jenis Sinovac, AstraZeneca, Pfizer, dan Moderna

Belum lama ini, ada beberapa vaksin yang sudah mendapatkan otorisasi dari Food and Drug Administration (FDA), yaitu Pfizer, Moderna, serta AstraZeneca. Sejauh ini, hanya AstraZeneca yang sudah siap didistribusikan di beberapa negara, termasuk juga Indonesia. Tentu hal ini dapat membuat perubahan yang besar dalam upaya melakukan imunisasi secara global agar pandemi dapat dihentikan.

Vaksin ini ditemukan oleh peneliti dari Universitas Oxford dan disetujui di Inggris pada 30 Desember silam. Vaksin corona ini juga telah mendapatkan persetujuan dari WHO di bulan Februari yang telah didistribusikan ke sebagian besar Eropa, Asia, serta Afrika. Namun, tingkat kemanjurannya yang lebih rendah terhadap varian yang tersebar di Afrika Selatan, serta potensi efek sampingnya menghambat peluncurannya lebih dini.

Namun, apa perbedaan yang dapat diketahui antara vaksin corona? Berikut ulasannya!

1. Penyimpanan dan Distribusi

Salah satu keunggulan dari vaksin corona jenis AstraZeneca adalah dapat disimpan pada suhu yang lebih tinggi. Vaksin ini dapat ditaruh di ruangan dengan suhu antara 2–8 Celsius, yang merupakan suhu lemari es normal. Sementara itu, vaksin corona Moderna dan Pfizer harus disimpan pada suhu di bawah nol hingga siap digunakan. Maka dari itu, AstraZeneca cocok untuk iklim di Indonesia yang tropis.

2. Harga

Faktor lainnya yang membuat AstraZeneca cocok dipilih di Indonesia adalah harganya yang terbilang murah. Vaksin corona ini diperkirakan hanya membutuhkan biaya sekitar Rp 60.000 per dosisnya. Sedangkan untuk Pfizer, kocek yang dikeluarkan per dosisnya sekitar Rp 300 ribuan dengan Moderna yang lebih mahal lagi antara Rp 400 ribu hingga 600 ribu. Meski begitu, harga ini kemungkinan besar akan berfluktuasi sejalan dengan waktu dan perkembangan dari vaksin.

3. Efek Samping

Efek samping yang ditimbulkan ketiga vaksin corona ini dapat dibilang serupa, seperti perasaan nyeri di area suntikan dan gejala menyerupai flu layaknya demam, kelelahan, sakit kepala, hingga nyeri otot. Penyempurnaan sistem imunitas baru terjadi setelah seseorang mendapatkan dosis kedua. Memang ada laporan jika vaksin AstraZeneca menimbulkan pembekuan darah, tetapi angkanya benar-benar kecil hanya 30 kasus dari 5 juta orang yang divaksin. Namun, hal ini masih terus mendapatkan penelitian khusus.

4. Total Efikasi

Pada vaksin mRNA, seperti Pfizer dan Moderna memiliki sedikit keunggulan terkait efikasi. Disebutkan jika tingkat keefektifannya sekitar 95 persen efektif melawan COVID-19 setelah dosis kedua diberikan dalam uji klinis. Sama seperti vaksin lainnya, dua vaksin ini juga dapat mengurangi risiko penyakit parah bahkan jika seseorang telah terinfeksi oleh virus SARS-CoV-2.

Sedangkan pada vaksin corona jenis AstraZeneca, tingkat efikasinya mencapai 76 persen dalam melawan penyakit COVID-19, hingga tiga bulan meski hanya satu dosis diberikan. Selain itu, vaksin ini menjadi lebih efektif dengan waktu tunggu yang lebih lama di antara pemberian dosis dengan infeksi yang lebih kecil, kemungkinannya saat seseorang menerima suntikan kedua lebih dari 12 minggu setelahnya. Hal ini dibandingkan dengan seseorang yang menerima vaksin kedua kurang dari enam minggu setelahnya. Meski begitu, penelitian lebih lanjut masih dilakukan.